Tampilkan postingan dengan label suara hidayatullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suara hidayatullah. Tampilkan semua postingan
Lima Cara Mengajari Anak Berani
Suatu hari Abdul Qadir yang masih kecil meminta izin kepada ibunya untuk menuntut ilmu ke Bagdad, Irak. Sang ibu pun merestui dengan memberi uang sebesar emp…
Read more »
Enam Tips Mengajari Anak Bersikap Lemah Lembut
Seseorang yang memiliki sikap lemah lembut dan santun berarti ia mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan. Haiwah bin Syarih yang wafat pa…
Read more »
SEARCH
TERBARU
3-latest-65px
KATEGORI
- abdullah munir (1)
- abdullah said (1)
- artikel (14)
- asatidz (3)
- bahasa arab (1)
- banjir aceh (1)
- banjir sumatera (1)
- banjir sumatera barat (1)
- banjir sumatera utara (1)
- berita (37)
- bi'ah lughowiyah (1)
- hidayatullahyogyakarta (5)
- kisah inspiratif (1)
- kunjungan (2)
- mahasantri (2)
- mushida (1)
- muslimathidayatullah (1)
- parenting (4)
- pendidikan (1)
- pesantren bahasa arab (1)
- promosi (3)
- santri (3)
- seleksi masuk al-azhar mesir jalur resmi markaz tathwir (1)
- suara hidayatullah (2)
- tkyaabunayya (1)
- update berita banjir 2025 (1)
- ust fauzil adhim (4)
- webinar (2)
Website Resmi Hidayatullah
MTs-MA Hidayatullah
SDIT HIDAYATULLAH
TK Yaa Bunayya Hidayatullah Jogja
Custom HTML
Tampilkan postingan dengan label suara hidayatullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suara hidayatullah. Tampilkan semua postingan
Lima Cara Mengajari Anak Berani
Suatu hari Abdul Qadir yang masih kecil meminta izin kepada ibunya untuk menuntut ilmu ke Bagdad, Irak. Sang ibu pun merestui dengan memberi uang sebesar empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan.
Agar aman, uang tersebut disimpan di saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibu tak lupa berpesan agar Abdul Qadir senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan.
Abdul Qadir pun pergi bersama rombongan kafilah. Namun, di suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba rombongan tersebut dirampok.
Kepala perampok menghampiri Abdul Qadir dan bertanya, "Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?"
"Aku membawa empat puluh dinar," jawab Abdul Qadir polos.
"Di mana kamu meletakkannya?" tanya kepala perampok.
"Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bwah ketiakku," jawab Abdul Qadir lagi.
Setelah digeledah ternyata benar. Padahal seandainyaia berbohong, para perampok tak akan tahu, apalagi penampilannya amat sederhana layaknya orang miskin.
Sang kepala perampok bertanya, "Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?"
"Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya," jawab Abdul Qadir.
Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalah yang mendalam. Sebab, Abdul Qadir yang kecil tidak berani ingkar terhadap janji ibunya, sedangkan ia bertahun-tahun mengingkari janji Tuhannya. Akhirnya sang kepala perampok bertaubat (Syekh Zainuddin bin Abdul 'Aziz al-Malibari, Irsyadul 'Ibad ila Syabili Rasyad, hlm. 395).
Abdul Qadir kecil kemudian tumbuh menjadi ulama besar dalam mazhab Hambali. Kisah di atas merupakah ibrah bagi orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar berani berkata jujur sebagaimana dilakukan ibunda Abdul Qadir al-Jailani.
Untuk mendidik anak-anak agar memiliki sikap pemberani, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua.
Pertama, memberi contoh.
Sebelum mengajari anak bersikap berani, orang tua terlebih dulu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak menjadi pemberani tidak bisa terjadi secara instan, tetapi perlu contoh orang-orang di sekitarnya.
Umumnya, anak-anak memiliki karakter yang secara tidak sadar dibentuk karena mencontoh orang tuanya. Agar anak jadi berani, orang tua harus mendidik diri sendiri dulu untuk jadi pemberani.
Kedua, sering mengucapkan kata-kata positif pada anak.
Lidah memang tidak bertulang, tetapi bisa melukai seperti silet. Bahkan, sakitnya lebih dari itu apabila orang terdekatnya yang berbicara.
Karenanya, orang tua harus membiasakan anaknya mendengar kata-kata positif darinya. Bila dia sedang mengatakan hal buruk tentang dirinya, langsung tangkis dengan kalimat positif yang membangun.
Katakan setiap hari setelah bangun tidur bahwa dirinya merupakan ciptaan Allah Ta'ala yang bagus, penting, dan berharga bagi kehidupan ini.
Ketiga, memberikan tantangan dan pujian.
Semua orang secara alamiah ingin melindungi anak-anaknya setiap saat. Namun, orang tua juga harus memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk mencoba hal-hal baru.
Sebelum mengajari anak bersikap berani, orang tua terlebih dulu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak menjadi pemberani tidak bisa terjadi secara instan, tetapi perlu contoh orang-orang di sekitarnya.
Ketika ia berhasil menyelesaikan tantangannya, pastikan memberikan pujian atau hadiah. Hal ini berfungsi meningkatkan rasa percaya dirinya.
Dengan begitu, anak akan terlatih menjadi pemberani. Khususnya mendorong mereka untuk tidak takut dalam melakukan banyak hal baru.
Keempat, membangun kepercayaan diri.
Anak yang pemberani umumnya punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Untuk itu, orang tua harus membangun rasa percaya diri anak sejak dini supaya ia bisa jadi pribadi pemberani.
Di antara hal yang bisa dilakukan adalah membiarkan anak mengerjakan sesuatu sendirian. Dengan mengerjakan sesuatu sendirian, anak menjadi merasa dipercaya orang tua dan berambisi untuk membuat orang tuanya senang kepadanya.
Karenanya, apabila ia berhasil, berikan bujian dan katakan bahwa ia hebat. Setelah berhasil, anak pun jadi lebih percaya diri karena telah membuktikan bahwa ia bisa. Jadi jangan sering melarang anak untuk melakukan sesuatu sendirian.
Kelima, mengenalkan konsep kegagalan.
Saat mengajarkan anak untuk berani, jangan lupa mengenalkan konsep kegagalan. Sebab, segala hal yang kita lakukan di dunia tidak selalu berakhir baik sesuai keinginan. Ada kalanya mengalami kegagalan dan ini merupakan hal yang manusiawi. Dengan cara ini orangtua bisa membantunya bangkit untuk mencoba lagi sampai berhasil.
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua ketika mengajarkan anak berani berbuat.
Penulis: Aba Faiz (Majalah Suara Hidayatullah Edisi 08, Desember 2024)
Enam Tips Mengajari Anak Bersikap Lemah Lembut
Seseorang yang memiliki sikap lemah lembut dan santun berarti ia mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan.
Haiwah bin Syarih yang wafat pada 775 M adalah seorang ulama agung dari Mesir serta imam besar bagi umat Islam pada masanya. Ia orang yang faqih dan seorang Muhaddits (pakar hadits) tepercaya dari generasi tabi' al-tabi'in. Juga ahli ibadah yang doanya diijabah (mudah dikabulkan). Kendati begitu, ia orang yang tawadhu' serta lemah lembut. (Imam al-Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala' 6/405; Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tadzhib al-Kamal, juz, 7/481).
Kelembutan hati Haiwah tak lepas dari keberhasilan sang ibu dalam mendidiknya sejak kecil. Sang ibu adalah sosok orangtua yang tidak sekedar mengajari anaknya mengenal ilmu tetapi juga menanamkan budi pekerti yang mulia. Sehingga hal itu senantiasa melekat pada dirinya sampai ia menjadi ulama besar.
Suatu ketika Haiwah sedang mengisi kajian yang dihadiri banyak orang. Sang ibu tiba-tiba datang lantas berseru, "Berdirilah Haiwah, sebarkan gandum untuk ayam jantan itu!"
Haiwah pun berdiri lalu meninggalkan mejelis ilmunya (Sayyid Husain al-'Affani, Shalah al-Ummah fi Uluww al-Himmah, 5/653).
Sebagai seorang ulama besar, Haiwah tidak malu menjalankan perintah ibunya di hadapan murid-muridnya. Ia tetap bersikap lemah lembut kepada ibunya, meski telah mencapai kedudukan yang tinggi. Padahal, kalau mau ia bisa meminta salah satu muridnya untuk mengerjakan apa yang diminta sang ibu.
Dari riwayat di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa mengajarkan bersikap lemah lembut kepada anak, adalah salah satu hal penting. Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah kelembutan itu terdapat pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecualai akan membuatnya jelek." (H.R. Muslim).
Sebab itu, sikap lemah lembut anak dapat dibentuk sejak dini. Bagi orang tua yang baru memiliki anak, seyogyanya sudah punya ilmu serta bekal tentang bagaimana seharusnya mendidik anak hingga memiliki sikap lemah lembut. Kelembutan tidak hanya berkaitan dengan tingkah laku, tetapi juga cara berbicara.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua sebagai bekal mendidik anak-anaknya agar memiliki sikap yang mulia tersebut:
Pertama, memberikan contoh secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak adalah makhluk istimewa yang cepat serta mudah merekam dengan baik perilaku orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Sehingga, penting untuk memberi teladan sebagai upaya menumbuhkan kebiasaan pada diri mereka.
Kedua, dengan memberi pemahaman kepada anak, bahwa sikap lemah lembut merupakan perbuatan yang disenangi Allah subhanahu wata'ala. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada al-Asyaj al-'Ashri, "Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun (lembut) dan malu." (H.R. Ibnu Majah).
Dalam hal ini, orang tua bisa mengajarkan anak membiasakan menyapa orang lain dengan sapaan yang baik. Misalnya, ketika bertemu orang yang lebih tua, ajarkan kepada mereka untuk memanggil dengan panggilan kakak, om, tante, ibu, ataupun bapak. Dan paling penting adalah mengajarkan ucapkan salam saat bertemu atau berkunjung ke rumah orang. Ucapan salam ini juga dapat diiringi dengan berjabat tangan untuk menambah keakraban.
"Memberikan contoh secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak adalah makhluk istimewa yang cepat serta mudah merekam dengan baik perilaku orangtua ataupun orang-orang di sekelilingnya."
Mengajari anak sikap lemah lembut dapat dimulai dengan mengajari mereka kata-kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada tiga kata "ajaib" yakni mengatakan "tolong" saat meminta sesuatu, menyampaikan "terima kasih" ketika menerima sesuatu, dan mengucapkan "maaf" jika melakukan kesalahan.
Ketiga, mencarikan dan memilihkan lingkungan serta teman-teman yang memiliki sikap lemah lembut. Selain orang tua, teman serta lingkungan sekitar ternyata juga dapat memengaruhi karakter anak. Itu sebabnya orang tua harus dapat memantau sekaligus memastikan bahwa anak-anaknya bergaul dalam lingkungan yang dapat memberikan pengaruh positif.
Keempat, mengapresiasi sikap lemah lembut ataupun ucapan santun anak dengan memberikan pujian. Hal itu akan membuat anak senang dan merasa dihargai. Tapi pasatikan bahwa pujian tersebut tidak berlebihan.
Kelima, jika anak melakukan kesalahan, orang tua dapat menegurnya secara baik-baik. Cara terbaik dalam menegur adalah menasihati mereka secara empat mata. Dan keenam, selalu berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala agar anak-anaknya dijadikan orang yang shalih shalihah dan menjadi qurroatun a'yun.
Demikian beberapa tips mengajari anak bersikap lemah lembut. Sikap ini menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebag, seseorang akan dihargai serta dihormati jika mampu menunjukkan sikap terpuji tersebut. Dan sebaliknya, kalau seseorang tidak bisa bersikap lemah lembut dan santun, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati. Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tempat dalam berbagai keadaan.
Penulis: Aba Faiz/ Suara Hidayatullah
Sumber: Majalah Suara Hidayatullah EDISI 03 | XXXV | Dzulhijjah 1445 | Juli 2024
Sumber: Majalah Suara Hidayatullah EDISI 03 | XXXV | Dzulhijjah 1445 | Juli 2024
Langganan:
Komentar (Atom)
Custom HTML
Banner 2
[Disarankan = 16:9]
Banner 1
[Disarankan = 16:9]
Banner 3
[Disarankan = 16:9]
Video 7 Tips Bahagia
https://www.youtube.com/watch?v=BJNAB4ssrxQ
Video High Excellence Spirit
https://www.youtube.com/watch?v=fMEP16wvYGo
Video The Ramadhan Avengers
https://www.youtube.com/watch?v=vZk51owZ358
Daftar Guru
Daftar Guru Sekolah Kami
.gif)




